Eine Plattform für die Wissenschaft: Bauingenieurwesen, Architektur und Urbanistik
DAKHĪL AL-NAQLI KISAH NABI AYYUB PADA TAFSIR AL-QUR’ĀN AL-‘AZIM KARYA IBNU KATHIR
Nilai kebenaran penafsiran sebagai produk olah pikir manusia (dalam hal ini seorang mufassir) bersifat subjektif. Bahkan, pada nyatanya sebagian penafsiran mengandung kecacatan. Dakhīl merupakan salah satu disiplin ‘ulūm al-Qur’ān yang baru yang dengannya seorang pembaca tafsir dapat membedakan antara penafsiran yang valid dan penafsiran yang tidak valid. Kecacatan dalam penafsiran seringkali terjadi dalam penafsiran mengenai kisah-kisah para nabi. Salah satu cerita yang masyhur adalah ditinggalkannya Nabi Ayyub oleh keluarga dan para pengikutnya disebabkan oleh penyakit kulit akut yang dimiliki Nabi Ayyub. Ibnu Kathir merupakan seorang mufasir yang menggunakan corak kritik dalam tafsirnya yang fenomenal, Tafsir Al-Qur’an Al-‘Aẓim dalam mengupas muatan penafsiran, terutama dalam penafsiran kisah para nabi dalam Alquran. Kendatipun demikian, beberapa penafsiran Ibnu Kathir terhadap beberapa kisah Alquran mengandung kecacatan. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan jumlah dakhīl al-naqli dalam QS. Al-Anbiyā[21]: 83-84 QS. ṣād [38]: 41-44. Dan untuk mengidentifikasi bahwa Nabi Ayyub tidak mengalami penyakit kulit yang menjijikkan. Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan analisis-isi. Dalam penelitian ini ditemukan delapan bentuk dakhīl al-naqli dalam empat kategori dakhīl al-naqli (dari sembilan kategori ) pada QS. Al-Anbiyā[21]: 83-84. Diantaranya menafsirkan Alquran dengan hadis yang lemah, menafsirkan Alquran dengan cerita Isrā’iliyyāt, menafsirkan Alquran dengan pendapat sahabat yang tidak valid dan menafsirkan Alquran dengan pendapat tabiin yang tidak valid. Sementara dalam QS. ṣād [38]: 41-44 penulis hanya menemukan satu bentuk dakhīl al-naqli saja, yakni menafsirkan Alquran dengan hadis yang lemah. Simpulan yang didapatkan penulis dari penafsiran Ibnu Kathir terkait kisah nabi Ayyub adalah bahwa nabi Ayyub tidak mengalami penyakit kusta. Nabi Ayyub hanya mengalami penyakit diantara tulang kaki, sejenis penyakit rematik.
DAKHĪL AL-NAQLI KISAH NABI AYYUB PADA TAFSIR AL-QUR’ĀN AL-‘AZIM KARYA IBNU KATHIR
Nilai kebenaran penafsiran sebagai produk olah pikir manusia (dalam hal ini seorang mufassir) bersifat subjektif. Bahkan, pada nyatanya sebagian penafsiran mengandung kecacatan. Dakhīl merupakan salah satu disiplin ‘ulūm al-Qur’ān yang baru yang dengannya seorang pembaca tafsir dapat membedakan antara penafsiran yang valid dan penafsiran yang tidak valid. Kecacatan dalam penafsiran seringkali terjadi dalam penafsiran mengenai kisah-kisah para nabi. Salah satu cerita yang masyhur adalah ditinggalkannya Nabi Ayyub oleh keluarga dan para pengikutnya disebabkan oleh penyakit kulit akut yang dimiliki Nabi Ayyub. Ibnu Kathir merupakan seorang mufasir yang menggunakan corak kritik dalam tafsirnya yang fenomenal, Tafsir Al-Qur’an Al-‘Aẓim dalam mengupas muatan penafsiran, terutama dalam penafsiran kisah para nabi dalam Alquran. Kendatipun demikian, beberapa penafsiran Ibnu Kathir terhadap beberapa kisah Alquran mengandung kecacatan. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan jumlah dakhīl al-naqli dalam QS. Al-Anbiyā[21]: 83-84 QS. ṣād [38]: 41-44. Dan untuk mengidentifikasi bahwa Nabi Ayyub tidak mengalami penyakit kulit yang menjijikkan. Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan analisis-isi. Dalam penelitian ini ditemukan delapan bentuk dakhīl al-naqli dalam empat kategori dakhīl al-naqli (dari sembilan kategori ) pada QS. Al-Anbiyā[21]: 83-84. Diantaranya menafsirkan Alquran dengan hadis yang lemah, menafsirkan Alquran dengan cerita Isrā’iliyyāt, menafsirkan Alquran dengan pendapat sahabat yang tidak valid dan menafsirkan Alquran dengan pendapat tabiin yang tidak valid. Sementara dalam QS. ṣād [38]: 41-44 penulis hanya menemukan satu bentuk dakhīl al-naqli saja, yakni menafsirkan Alquran dengan hadis yang lemah. Simpulan yang didapatkan penulis dari penafsiran Ibnu Kathir terkait kisah nabi Ayyub adalah bahwa nabi Ayyub tidak mengalami penyakit kusta. Nabi Ayyub hanya mengalami penyakit diantara tulang kaki, sejenis penyakit rematik.
DAKHĪL AL-NAQLI KISAH NABI AYYUB PADA TAFSIR AL-QUR’ĀN AL-‘AZIM KARYA IBNU KATHIR
Muhammad Erpian Maulana (Autor:in)
2019
Aufsatz (Zeitschrift)
Elektronische Ressource
Unbekannt
tafsir , dakhīl al-naqli , hadis , nabi ayyub , penyakit kulit , Islam , BP1-253
Metadata by DOAJ is licensed under CC BY-SA 1.0
ETIKA PEMERINTAHAN: KONTRIBUSI TAFSĪR FĪ ẒILĀL AL-QUR’ĀN KARYA SAYYID QUṬB
DOAJ | 2016
|