Eine Plattform für die Wissenschaft: Bauingenieurwesen, Architektur und Urbanistik
WAJAH REVOLUSI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT SEJARAH
Atikel ini ingin menelusuri dan mencari jawaban tentang pertanyaan seberapa jauh revolusi merealisasikan transformasi structural dan cultural. Selain itu dipertanyakan sebarapa besar peranan sentral tokoh-tokoh revolusioner dalam menyusun strategi perjuangannya guna tercapainya kebebasan (freedom) dan kebersamaan? Artikel ini juga ingin menemukan bagaimana pula peran rakyat kecil (wong cilik) atau rakyat kebanyakan (grassroot) dalam revolusi itu, baik yang berdomisili di kota maupun di pedesaan?. Dari beberapa pertanyaan itu dapat ditelusuri bahwa tokoh-tokoh revolusioner sebagai “motor penggerak” revolusi, setidaknya dapat dipetakan ke dalam dua kategori, yaitu pertama, revolusi yang bersifat non-kooperatif radikal, dengan tokohnya Tan Malaka; dan kedua, revolusi yang bersifat kooperatif-moderat, yang tokohnya adalah Soekarno, Hatta dan Syahrir. Pendekatan yang dilancarkan oleh golongan yang pertama lebih memilih perombakan masyarakat secara total dalam segala dimensi kehidupannya yang meliputi politik, ekonomi, social, budaya, sementara golongan yang kedua lebih suka memakai jalur diplomatik dengan tetap mempertahankan hal-hal “warisan lama” yang dipandang masih perlu dilestarikan. Revolusi sebagai sebuah wacana actual di tengah kemelut kebangsaan pasca kemerdekaan pada mulanya hanya terasa di kota-kota pusat pendudukan sekutu. Tidak demikian di pedesaan, Namun karena demikian dahsyatnya “getaran” wacana revolusi tersebut, pada gilirannya desa-desa di pedalaman pun ikut andil di dalam pergolakan-pergolakan local.
WAJAH REVOLUSI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT SEJARAH
Atikel ini ingin menelusuri dan mencari jawaban tentang pertanyaan seberapa jauh revolusi merealisasikan transformasi structural dan cultural. Selain itu dipertanyakan sebarapa besar peranan sentral tokoh-tokoh revolusioner dalam menyusun strategi perjuangannya guna tercapainya kebebasan (freedom) dan kebersamaan? Artikel ini juga ingin menemukan bagaimana pula peran rakyat kecil (wong cilik) atau rakyat kebanyakan (grassroot) dalam revolusi itu, baik yang berdomisili di kota maupun di pedesaan?. Dari beberapa pertanyaan itu dapat ditelusuri bahwa tokoh-tokoh revolusioner sebagai “motor penggerak” revolusi, setidaknya dapat dipetakan ke dalam dua kategori, yaitu pertama, revolusi yang bersifat non-kooperatif radikal, dengan tokohnya Tan Malaka; dan kedua, revolusi yang bersifat kooperatif-moderat, yang tokohnya adalah Soekarno, Hatta dan Syahrir. Pendekatan yang dilancarkan oleh golongan yang pertama lebih memilih perombakan masyarakat secara total dalam segala dimensi kehidupannya yang meliputi politik, ekonomi, social, budaya, sementara golongan yang kedua lebih suka memakai jalur diplomatik dengan tetap mempertahankan hal-hal “warisan lama” yang dipandang masih perlu dilestarikan. Revolusi sebagai sebuah wacana actual di tengah kemelut kebangsaan pasca kemerdekaan pada mulanya hanya terasa di kota-kota pusat pendudukan sekutu. Tidak demikian di pedesaan, Namun karena demikian dahsyatnya “getaran” wacana revolusi tersebut, pada gilirannya desa-desa di pedalaman pun ikut andil di dalam pergolakan-pergolakan local.
WAJAH REVOLUSI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT SEJARAH
Adnan Adnan (Autor:in)
2014
Aufsatz (Zeitschrift)
Elektronische Ressource
Unbekannt
Metadata by DOAJ is licensed under CC BY-SA 1.0
ARSITEKTUR KOLONIAL BELANDA DI INDONESIA DALAM KONTEKS SEJARAH FILSAFAT DAN FILSAFAT ILMU
DOAJ | 2020
|