Eine Plattform für die Wissenschaft: Bauingenieurwesen, Architektur und Urbanistik
Mamasa merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat yang mempunyai budaya lokal tersendiri, dan permukimannya masih ada yang mempertahankan iklim tradisional. Hingga saat ini, populasi arsitektur tradisional Mamasa masih terdapat di 7 kecamatan, terdiri atas 30 situs kampung tradisional dengan kondisi yang semakin berkurang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tipologi rumah tradisional Mamasa sebagai upaya inventarisasi dan dokumentasi arsitektur tradisional Mamasa. Metode penelitian dilakukan secara kualitatif-eksploratif melalui survei dan observasi ke situs-situs populasi arsitektur tradisional yang masih ada di beberapa perkampungan, serta melakukan wawancara kepada orang-orang tua yang masih mengetahui seluk-beluk rumah tradisional. Teknik analisis data dilakukan secara tipologi dengan cara membandingkan hasil wawancara dengan responden serta penelitian sebelumnya. Produk pengumpulan data berupa hasil wawancara serta foto-foto lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada lima jenis tipologi rumah tradisional Mamasa, terdiri atas: 1) banua longkarrin (rumah sederhana), 2) banua rapa’ (rumah yang berwarna alami), 3) banua disussuk (rumah yang diukir khusus), 4) banua bolong (rumah yang berwarna hitam), dan 5) banua sura’ (rumah ukir). Mamasa is one of a regency in West Sulawesi Province, which has a special local culture and part of the settlements were still maintain their traditional scene. Presently, the number of Mamasa traditional buildings is still exist in 7 districts, consist of 30 traditional village sites, but continue decreasing. This research aimed to find out the tipology of Mamasa traditional houses for inventory and documentation of Mamasa traditional architecture. This research was performed by qualitative-explorative technique through survey and observation at the site. Subsequently, this research carried out interview to the respondents which still have information about Mamasa traditional houses. Analysis was performed by making building typology, by comparing interview result and previous research. Product of data collection are interview transcripts and site images. Findings indicates that there are five tipology of Mamasa traditional houses, which are: 1) banua longkarrin (Simple house); (natural colour house) 3) banua disussuk (Special carving house) 4) banua bolong; (black house); banua sura (Carving house) REFERENCES Anonim,1998. Pengantar Arsitektur. Bahan penataran dosen arsitektur. Cisarua Bogor Barliana, Syaom M. 2004. Tradisionalitas dan Modernitas Tipologi Arsitektur Masjid. Dimensi Teknik Arsitektur Vol.32 No.2 Hal. 110 - 118 Bonggalangi (Umur 70 tahun). Komunikasi Pribadi, Oktober 2013 Hellman, Louis. 1988. Architecture For Beginners. Amazon, Co.Uk Mandadung, Arianus. 1999. Mamasa Dalam Lintasan Sejarah, Budaya, dan Pariwisata. Makassar Mangunwijaya, Y.B. 1992. Wastu Citra. Gramedia, Jakarta Mattulada. 1992. Penerapan Unsur Tradisional Kedalam Bangunan Baru. Seminar Nasional Kebudayaan dan Arsitektur, UGM, Yogyakarta Pai’pinan (Umur 68 tahun). Komunikasi Pribadi, Juli 2013 PH Pualillin (Umur 70 tahun). Komunikasi Pribadi, Desember 2012 Poerwadarminta, W.J.R. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. PN. Balai Pustaka, Jakarta Presiden Republik Indonesia. 2002. Undang-Undang No. 11 Tahun 2002 Tentang Pembentukan Kabupaten Mamasa dan Kota Palopo di Provinsi Sulewesi Selatan Rebong (Umur 85 tahun). Komunikasi Pribadi, Maret 2012 Ruskin, J. 1992. Tradition and Architecture. University Press, Manchester Siegel, Curt. 1962. Structure and Form in Modern Architecture. Vand Nostrad Reinholf, New York Tandirandan (Umur 82 tahun). Komunikasi Pribadi, Oktober 2013
Mamasa merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat yang mempunyai budaya lokal tersendiri, dan permukimannya masih ada yang mempertahankan iklim tradisional. Hingga saat ini, populasi arsitektur tradisional Mamasa masih terdapat di 7 kecamatan, terdiri atas 30 situs kampung tradisional dengan kondisi yang semakin berkurang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tipologi rumah tradisional Mamasa sebagai upaya inventarisasi dan dokumentasi arsitektur tradisional Mamasa. Metode penelitian dilakukan secara kualitatif-eksploratif melalui survei dan observasi ke situs-situs populasi arsitektur tradisional yang masih ada di beberapa perkampungan, serta melakukan wawancara kepada orang-orang tua yang masih mengetahui seluk-beluk rumah tradisional. Teknik analisis data dilakukan secara tipologi dengan cara membandingkan hasil wawancara dengan responden serta penelitian sebelumnya. Produk pengumpulan data berupa hasil wawancara serta foto-foto lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada lima jenis tipologi rumah tradisional Mamasa, terdiri atas: 1) banua longkarrin (rumah sederhana), 2) banua rapa’ (rumah yang berwarna alami), 3) banua disussuk (rumah yang diukir khusus), 4) banua bolong (rumah yang berwarna hitam), dan 5) banua sura’ (rumah ukir). Mamasa is one of a regency in West Sulawesi Province, which has a special local culture and part of the settlements were still maintain their traditional scene. Presently, the number of Mamasa traditional buildings is still exist in 7 districts, consist of 30 traditional village sites, but continue decreasing. This research aimed to find out the tipology of Mamasa traditional houses for inventory and documentation of Mamasa traditional architecture. This research was performed by qualitative-explorative technique through survey and observation at the site. Subsequently, this research carried out interview to the respondents which still have information about Mamasa traditional houses. Analysis was performed by making building typology, by comparing interview result and previous research. Product of data collection are interview transcripts and site images. Findings indicates that there are five tipology of Mamasa traditional houses, which are: 1) banua longkarrin (Simple house); (natural colour house) 3) banua disussuk (Special carving house) 4) banua bolong; (black house); banua sura (Carving house) REFERENCES Anonim,1998. Pengantar Arsitektur. Bahan penataran dosen arsitektur. Cisarua Bogor Barliana, Syaom M. 2004. Tradisionalitas dan Modernitas Tipologi Arsitektur Masjid. Dimensi Teknik Arsitektur Vol.32 No.2 Hal. 110 - 118 Bonggalangi (Umur 70 tahun). Komunikasi Pribadi, Oktober 2013 Hellman, Louis. 1988. Architecture For Beginners. Amazon, Co.Uk Mandadung, Arianus. 1999. Mamasa Dalam Lintasan Sejarah, Budaya, dan Pariwisata. Makassar Mangunwijaya, Y.B. 1992. Wastu Citra. Gramedia, Jakarta Mattulada. 1992. Penerapan Unsur Tradisional Kedalam Bangunan Baru. Seminar Nasional Kebudayaan dan Arsitektur, UGM, Yogyakarta Pai’pinan (Umur 68 tahun). Komunikasi Pribadi, Juli 2013 PH Pualillin (Umur 70 tahun). Komunikasi Pribadi, Desember 2012 Poerwadarminta, W.J.R. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. PN. Balai Pustaka, Jakarta Presiden Republik Indonesia. 2002. Undang-Undang No. 11 Tahun 2002 Tentang Pembentukan Kabupaten Mamasa dan Kota Palopo di Provinsi Sulewesi Selatan Rebong (Umur 85 tahun). Komunikasi Pribadi, Maret 2012 Ruskin, J. 1992. Tradition and Architecture. University Press, Manchester Siegel, Curt. 1962. Structure and Form in Modern Architecture. Vand Nostrad Reinholf, New York Tandirandan (Umur 82 tahun). Komunikasi Pribadi, Oktober 2013
TIPOLOGI ARSITEKTUR TRADISIONAL MAMASA, SULAWESI BARAT
Mithen (Autor:in)
2015
Aufsatz (Zeitschrift)
Elektronische Ressource
Unbekannt
Metadata by DOAJ is licensed under CC BY-SA 1.0
KAJIAN ARSITEKTUR LANSKAP RUMAH TRADISIONAL BALI SEBAGAI PENDEKATAN DESAIN ARSITEKTUR EKOLOGIS
DOAJ | 2013
|