Eine Plattform für die Wissenschaft: Bauingenieurwesen, Architektur und Urbanistik
“ZIKIR GEMILANG” ELITE POLITIK DI BANDA ACEH: Wacana Populis atau Kebijakan Publik?
ikir publik menjadi arus baru di Aceh setelah tsunami. Dalam perkembangannya, zikir digunakan oleh elit politik baik ketika pilkada sebagai strategi kampanye, maupun sebagai kebijakan populis dalam menjalankan pemerintahan. Begitu pula Pemerintah Kota Banda Aceh periode 2017-2022 yang menjadikan zikir sebagai salah satu program utama yang kemudian diberi nama “zikir gemilang“. Penelitian ini tertarik untuk melihat implementasi zikir ini apakah cenderung sebagai wacana populis atau kebijakan publik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif lewat metode wawancara semi struktur dan bola salju terhadap sejumlah informan kunci. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun pemahaman ulang terhadap fenomena zikir dari wacana ke aksi terjadi, namun itu sebatas pergantian slogan dari “madani“ ke “gemilang“. Kemudian, ada tiga dimensi wacana dominan yang dimainkan oleh elit terkait pelaksanaan kebijakan zikir: 1) wacana dimensi sosial budaya (islam sebagai sistem sosial), 2) wacana dimensi ekonomi (wisata islami) dan 3) wacana dimensi politik (kebijakan populis demi elektabilitas). Penelitian ini juga mengindikasikan bahwa program zikir cenderung menjadi wacana populis untuk membentuk citra elit. Dengan demikian, kebijakan zikir digunakan sebagai pemenuhan janji kampanye, dan sarana komunikasi atau klarifikasi publik terhadap kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah.
“ZIKIR GEMILANG” ELITE POLITIK DI BANDA ACEH: Wacana Populis atau Kebijakan Publik?
ikir publik menjadi arus baru di Aceh setelah tsunami. Dalam perkembangannya, zikir digunakan oleh elit politik baik ketika pilkada sebagai strategi kampanye, maupun sebagai kebijakan populis dalam menjalankan pemerintahan. Begitu pula Pemerintah Kota Banda Aceh periode 2017-2022 yang menjadikan zikir sebagai salah satu program utama yang kemudian diberi nama “zikir gemilang“. Penelitian ini tertarik untuk melihat implementasi zikir ini apakah cenderung sebagai wacana populis atau kebijakan publik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif lewat metode wawancara semi struktur dan bola salju terhadap sejumlah informan kunci. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun pemahaman ulang terhadap fenomena zikir dari wacana ke aksi terjadi, namun itu sebatas pergantian slogan dari “madani“ ke “gemilang“. Kemudian, ada tiga dimensi wacana dominan yang dimainkan oleh elit terkait pelaksanaan kebijakan zikir: 1) wacana dimensi sosial budaya (islam sebagai sistem sosial), 2) wacana dimensi ekonomi (wisata islami) dan 3) wacana dimensi politik (kebijakan populis demi elektabilitas). Penelitian ini juga mengindikasikan bahwa program zikir cenderung menjadi wacana populis untuk membentuk citra elit. Dengan demikian, kebijakan zikir digunakan sebagai pemenuhan janji kampanye, dan sarana komunikasi atau klarifikasi publik terhadap kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah.
“ZIKIR GEMILANG” ELITE POLITIK DI BANDA ACEH: Wacana Populis atau Kebijakan Publik?
Saiful Akmal (Autor:in) / Rizkika Lhena Darwin (Autor:in) / Siti Nur Zalikha (Autor:in)
2020
Aufsatz (Zeitschrift)
Elektronische Ressource
Unbekannt
Metadata by DOAJ is licensed under CC BY-SA 1.0
PEMANFAATAN DAN PENATAAN RUANG PUBLIK TEPI PANTAI ULEE LHEUE KOTA BANDA ACEH
BASE | 2018
|Ruang Publik sebagai Representasi Kebijakan dan Medium Komunikasi Publik
BASE | 2018
|