Eine Plattform für die Wissenschaft: Bauingenieurwesen, Architektur und Urbanistik
SEMIOTIKA BUSANA TRADISIONAL PERKAWINAN ADAT KARO
Penelitian ini menganalisis semiotika busana pada busana tradisional perkawinan adat Karo. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Penelitian ini menggunakan teori semiotika Barthes. Busana sebagai sarana komunikasi dalam sebuah budaya untuk memperkenalkan busana tradisional dan pakaian sebagai salah satu cara menyampaikan identitas sebagaian kelompok. Pakaian juga menampilkan berbagai fungsi dan makna yang ada di dalamnya. Analisis semiotik pada pakaian atau busana tradisional perkawinan adat Karo ditemukan beberapa warna, yakni hitam/mbiring bermakna duka, kelam, teduh (megenggeng), biru/biru bermakna damai, tentram (perkeleng), kuning/megersing bermakna agung, mahal (mehaga), merah/megara bermakna berani berbuat demi kepentingan umum (mbisa), putih/mbentar/mbulan bermakna suci dan bersih (sabar), hijau/meratah bermakna sejuk dan subur (mehumur). Kemudian beberapa uis/kain yang dipakai oleh pengantin adat Karo pada saat upacara adat yaitu, uis gatip atau gonje, uis beka buluh, emas sertali (sertali layang-layang, sertali rumah-rumah, rudang emas, gelang sarong, sarung/selendang sarung (kadangen). Sedangkan wanita memakai tudung mbiring/teger limpek, uis julu, kampil/tempat sirih, emas sertali (sertali layang-layang atau bura), sertali layang- layang kitik, kodang-kodang, uis nipes.
SEMIOTIKA BUSANA TRADISIONAL PERKAWINAN ADAT KARO
Penelitian ini menganalisis semiotika busana pada busana tradisional perkawinan adat Karo. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Penelitian ini menggunakan teori semiotika Barthes. Busana sebagai sarana komunikasi dalam sebuah budaya untuk memperkenalkan busana tradisional dan pakaian sebagai salah satu cara menyampaikan identitas sebagaian kelompok. Pakaian juga menampilkan berbagai fungsi dan makna yang ada di dalamnya. Analisis semiotik pada pakaian atau busana tradisional perkawinan adat Karo ditemukan beberapa warna, yakni hitam/mbiring bermakna duka, kelam, teduh (megenggeng), biru/biru bermakna damai, tentram (perkeleng), kuning/megersing bermakna agung, mahal (mehaga), merah/megara bermakna berani berbuat demi kepentingan umum (mbisa), putih/mbentar/mbulan bermakna suci dan bersih (sabar), hijau/meratah bermakna sejuk dan subur (mehumur). Kemudian beberapa uis/kain yang dipakai oleh pengantin adat Karo pada saat upacara adat yaitu, uis gatip atau gonje, uis beka buluh, emas sertali (sertali layang-layang, sertali rumah-rumah, rudang emas, gelang sarong, sarung/selendang sarung (kadangen). Sedangkan wanita memakai tudung mbiring/teger limpek, uis julu, kampil/tempat sirih, emas sertali (sertali layang-layang atau bura), sertali layang- layang kitik, kodang-kodang, uis nipes.
SEMIOTIKA BUSANA TRADISIONAL PERKAWINAN ADAT KARO
Reja Aprilla Brahmana (Autor:in) / Mulyadi Mulyadi (Autor:in) / Asmyta Surbakti (Autor:in)
2023
Aufsatz (Zeitschrift)
Elektronische Ressource
Unbekannt
Metadata by DOAJ is licensed under CC BY-SA 1.0
DISKRIMINASI DALAM HUKUM PERKAWINAN (PENELITIAN ATAS HUKUM PERKAWINAN ADAT SUKU NIAS)
DOAJ | 2016
|