Eine Plattform für die Wissenschaft: Bauingenieurwesen, Architektur und Urbanistik
Sick Building Syndrome merupakan salah satu istilah yang jarang digunakan di Indonesia sehingga banyak orang tidak mengetahui apa artinya. Sick Building Syndrome (SBS) adalah istilah yang mengacu pada sejumlah gejala alergi yang mempengaruhi sebagian pekerja kantor dalam suatu gedung selama mereka berada di dalam gedung tersebut dan secara berangsur menghilang setelah mereka meninggalkan gedung. Gejala-gejala gangguan kesehatan yang sering dialami pekerja yang bekerja dalam ruang kantor di antaranya adalah iritasi mata, iritasi hidung, iritasi tenggorokan, pilek, bintik merah pada kulit, sakit kepala, mual, batuk, dan bersin-bersin. Gejala-gejala ini dinyatakan sebagai SBS apabila gejala tersebut minimal dialami oleh 20% dari pekerja kantor yang berada di dalam gedung. SBS muncul apabila terjadi kondisi lingkungan yang tidak sehat di dalam ruang kerja atau gedung. Hal ini didasarkan dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli dalam gedung-gedung perkantoran yang memiliki berbagai fasilitas modern di dalamnya dan sistem ventilasi yang menggunakan air conditioning. Tulisan ini membahas gejala-gejala SBS yang dialami oleh pekerja, sumber pencemar potensial dari dalam gedung, penyebab dan dampak dari SBS, studi kasus serta cara-cara pencegahan dan penanggulangan yang dapat dilakukan oleh para pengelola gedung untuk menangani SBS. Dari studi kasus yang ditinjau ditemukan adanya gejala SBS di Jakarta, sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan dan penanggulangan yang signifikan. Dengan demikian dapat dicapai lingkungan kerja yang sehat yang dapat meningkatkan kinerja para pekerja, dan memberikan keuntungan baik bagi pekerja maupun bagi pengusaha.
Sick Building Syndrome merupakan salah satu istilah yang jarang digunakan di Indonesia sehingga banyak orang tidak mengetahui apa artinya. Sick Building Syndrome (SBS) adalah istilah yang mengacu pada sejumlah gejala alergi yang mempengaruhi sebagian pekerja kantor dalam suatu gedung selama mereka berada di dalam gedung tersebut dan secara berangsur menghilang setelah mereka meninggalkan gedung. Gejala-gejala gangguan kesehatan yang sering dialami pekerja yang bekerja dalam ruang kantor di antaranya adalah iritasi mata, iritasi hidung, iritasi tenggorokan, pilek, bintik merah pada kulit, sakit kepala, mual, batuk, dan bersin-bersin. Gejala-gejala ini dinyatakan sebagai SBS apabila gejala tersebut minimal dialami oleh 20% dari pekerja kantor yang berada di dalam gedung. SBS muncul apabila terjadi kondisi lingkungan yang tidak sehat di dalam ruang kerja atau gedung. Hal ini didasarkan dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli dalam gedung-gedung perkantoran yang memiliki berbagai fasilitas modern di dalamnya dan sistem ventilasi yang menggunakan air conditioning. Tulisan ini membahas gejala-gejala SBS yang dialami oleh pekerja, sumber pencemar potensial dari dalam gedung, penyebab dan dampak dari SBS, studi kasus serta cara-cara pencegahan dan penanggulangan yang dapat dilakukan oleh para pengelola gedung untuk menangani SBS. Dari studi kasus yang ditinjau ditemukan adanya gejala SBS di Jakarta, sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan dan penanggulangan yang signifikan. Dengan demikian dapat dicapai lingkungan kerja yang sehat yang dapat meningkatkan kinerja para pekerja, dan memberikan keuntungan baik bagi pekerja maupun bagi pengusaha.
Kajian Sick Building Syndrome
Rini Iskandar (Autor:in)
2019
Aufsatz (Zeitschrift)
Elektronische Ressource
Unbekannt
Metadata by DOAJ is licensed under CC BY-SA 1.0
Emerald Group Publishing | 1993
|What causes sick building syndrome - sick workroom or sick dwelling?
British Library Conference Proceedings | 2000
|Building acoustics and sick building syndrome
British Library Conference Proceedings | 1998
|Tight or sick building syndrome
Elsevier | 1991
|