Eine Plattform für die Wissenschaft: Bauingenieurwesen, Architektur und Urbanistik
BUDAYA LAMPUNG DALAM CERPEN “SEBAMBANGAN” KARYA BUDI P. HATEES
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan budaya lokal yang terkandung dalam cerita pendek yang berjudul “Sebambangan” dan keberadaan budaya tersebut pada masa lampau. Penelitian ini membahas masalah budaya lokal dan keberadaan budaya dalam cerita pendek “Sebambangan”. Berdasarkan tujuan tersebut, metode penelitian ini menggunankan metode kepustakaan dan teknik baca. Analisis data penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan teknik interpretatif. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah sosiologi dan antropologi sastra. Hasil dan pembahasan penelitian ini menunjukan bahwa cerita ini sarat dengan budaya lokal, terutama tentang sistem perkawinan masyarakat Lampung. Larian menjadi alternatif pasangan muda mudi untuk melangsungkan pernikahan. Uniknya larian juga merupakan salah satu adat-istiadat Lampung yang dikenal dengan sebambangan. Larian dilakukan untuk menghindari perkawinan begawi adat. Sejak zaman dahulu, tingginya uang antaran sudah menjadi polemik bahkan menjadi salah satu penghambat pertumbuhan penduduk di Lampung. Dalam cerpen ini, pengarang juga ingin mengambarkan posisi perempuan dalam sistem perkawinan ini serta keberadaan penyimbang marga yang terkadang menyalahgunakan kewenangannya karena kepentingan pribadi. Selain itu, pengarang juga ingin menggambarkan bahwa tidak selamanya adat membuat masyarakat pemiliknya menjadi terkungkung. Warisan nenek moyang ini juga memberikan perlindungan kepada kaum perempuan seperti pantang cerai guna mengikat pernikahannya.
BUDAYA LAMPUNG DALAM CERPEN “SEBAMBANGAN” KARYA BUDI P. HATEES
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan budaya lokal yang terkandung dalam cerita pendek yang berjudul “Sebambangan” dan keberadaan budaya tersebut pada masa lampau. Penelitian ini membahas masalah budaya lokal dan keberadaan budaya dalam cerita pendek “Sebambangan”. Berdasarkan tujuan tersebut, metode penelitian ini menggunankan metode kepustakaan dan teknik baca. Analisis data penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan teknik interpretatif. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah sosiologi dan antropologi sastra. Hasil dan pembahasan penelitian ini menunjukan bahwa cerita ini sarat dengan budaya lokal, terutama tentang sistem perkawinan masyarakat Lampung. Larian menjadi alternatif pasangan muda mudi untuk melangsungkan pernikahan. Uniknya larian juga merupakan salah satu adat-istiadat Lampung yang dikenal dengan sebambangan. Larian dilakukan untuk menghindari perkawinan begawi adat. Sejak zaman dahulu, tingginya uang antaran sudah menjadi polemik bahkan menjadi salah satu penghambat pertumbuhan penduduk di Lampung. Dalam cerpen ini, pengarang juga ingin mengambarkan posisi perempuan dalam sistem perkawinan ini serta keberadaan penyimbang marga yang terkadang menyalahgunakan kewenangannya karena kepentingan pribadi. Selain itu, pengarang juga ingin menggambarkan bahwa tidak selamanya adat membuat masyarakat pemiliknya menjadi terkungkung. Warisan nenek moyang ini juga memberikan perlindungan kepada kaum perempuan seperti pantang cerai guna mengikat pernikahannya.
BUDAYA LAMPUNG DALAM CERPEN “SEBAMBANGAN” KARYA BUDI P. HATEES
Dian Anggraini (Autor:in)
2017
Aufsatz (Zeitschrift)
Elektronische Ressource
Unbekannt
Metadata by DOAJ is licensed under CC BY-SA 1.0
Interelasi Nilai Budaya dan Religi dalam Cerpen Rokat Kandung Kembar Karya Muna Masyari
DOAJ | 2024
|EROTIS DAN GAYA PENCERITAAN DALAM KUMPULAN CERPEN KARYA DJENAR MAESA AYU
DOAJ | 2016
|KONFLIK TOKOH PEREMPUAN DALAM KUMPULAN CERPEN HARGA PEREMPUAN KARYA SIRIKIT SYAH
DOAJ | 2015
|