A platform for research: civil engineering, architecture and urbanism
The meaning of the relationship between bale nyungcung roof and inner room in architectural design of Mosques at Sunda Tatar ; Relasi makna atap bale nyungcung dengan ruang dalam arsitektur Masjid di Tatar Sunda
There has been a decline in the form and function of Sundanese vernacular architecture for large buildings due to the absence of artifacts in village houses. The data on palace or keraton and terraced roofs are only found in lontar and from outside observers in the XVI century. Meanwhile, the phenomenon of the bale nyungcung roof emerged on the mosque in the XVI-XIX centuries at West Java after disappearing for more or less two centuries. The reappearance makes it interesting to study this concept, especially with the focus on its relationship with the inner room of the mosque. This research was conducted on the Great Mosque spread in Sunda Tatar such as the West Java and Banten Provinces with buildings of Majalaya, Manonjaya, and Banten used as case studies. It was conducted qualitatively and interpretatively using the building anatomical theory to analyze the scope of shape and the Bale Nyungcung roof. The results showed the relationship between the roof and the inner space is a reflection of the adjustment in the mosque's basic reference with the Bale Nyungcung roof used as one of the Sundanese local building features. ; Arsitektur vernakular Sunda untuk tipe bangunan besar mengalami stagnasi bentuk dan fungsi akibat tidak ditemukannya artefak selain pada rumah-rumah kampung yang ada. Data mengenai istana atau keraton dan atap berundak hanya ditemukan dalam tulisan dari lontar dan dari pengamat luar pada abad XVI. Setelah menghilang selama lebih kurang dua abad, muncul fenomena atap bale nyungcung dalam Masjid pada abad XVI-XIX di Jawa Barat. Fenomena atap bale nyungung menjadi isu yang menarik untuk dikaji, yakni bagaimanakah korelasi antara atap bale nyungcung sebagai bangunan lokal dengan ruang dalam masjid tersebut? Kajian dilakukan terhadap Masjid Agung yang tersebar di Tatar Sunda yaitu Provinsi Jawa Barat dan Banten. Kasus studi penelitian yaitu bangunan Masjid Agung yang berlokasi di Majalaya, Manonjaya dan Banten. Metoda penelitian bersifat kualitatif dan interpretative, menggunakan teori anatomi bangunan dengan analisis terhadap lingkup bentuk dan lingkup sosok atap bale nyungcung yang bertujuan untuk mengungkap relasi antara atap bale nyungcung dengan ruang dalam masjid. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa relasi makna atap bale nyungcung dengan ruang dalam Masjid, menunjukkan adanya penyesuaian antara acuan dasar Masjid dengan atap bale nyungcung sebagai salah satu ciri bangunan lokal Sunda.
The meaning of the relationship between bale nyungcung roof and inner room in architectural design of Mosques at Sunda Tatar ; Relasi makna atap bale nyungcung dengan ruang dalam arsitektur Masjid di Tatar Sunda
There has been a decline in the form and function of Sundanese vernacular architecture for large buildings due to the absence of artifacts in village houses. The data on palace or keraton and terraced roofs are only found in lontar and from outside observers in the XVI century. Meanwhile, the phenomenon of the bale nyungcung roof emerged on the mosque in the XVI-XIX centuries at West Java after disappearing for more or less two centuries. The reappearance makes it interesting to study this concept, especially with the focus on its relationship with the inner room of the mosque. This research was conducted on the Great Mosque spread in Sunda Tatar such as the West Java and Banten Provinces with buildings of Majalaya, Manonjaya, and Banten used as case studies. It was conducted qualitatively and interpretatively using the building anatomical theory to analyze the scope of shape and the Bale Nyungcung roof. The results showed the relationship between the roof and the inner space is a reflection of the adjustment in the mosque's basic reference with the Bale Nyungcung roof used as one of the Sundanese local building features. ; Arsitektur vernakular Sunda untuk tipe bangunan besar mengalami stagnasi bentuk dan fungsi akibat tidak ditemukannya artefak selain pada rumah-rumah kampung yang ada. Data mengenai istana atau keraton dan atap berundak hanya ditemukan dalam tulisan dari lontar dan dari pengamat luar pada abad XVI. Setelah menghilang selama lebih kurang dua abad, muncul fenomena atap bale nyungcung dalam Masjid pada abad XVI-XIX di Jawa Barat. Fenomena atap bale nyungung menjadi isu yang menarik untuk dikaji, yakni bagaimanakah korelasi antara atap bale nyungcung sebagai bangunan lokal dengan ruang dalam masjid tersebut? Kajian dilakukan terhadap Masjid Agung yang tersebar di Tatar Sunda yaitu Provinsi Jawa Barat dan Banten. Kasus studi penelitian yaitu bangunan Masjid Agung yang berlokasi di Majalaya, Manonjaya dan Banten. Metoda penelitian bersifat kualitatif dan interpretative, menggunakan teori anatomi bangunan dengan analisis terhadap lingkup bentuk dan lingkup sosok atap bale nyungcung yang bertujuan untuk mengungkap relasi antara atap bale nyungcung dengan ruang dalam masjid. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa relasi makna atap bale nyungcung dengan ruang dalam Masjid, menunjukkan adanya penyesuaian antara acuan dasar Masjid dengan atap bale nyungcung sebagai salah satu ciri bangunan lokal Sunda.
The meaning of the relationship between bale nyungcung roof and inner room in architectural design of Mosques at Sunda Tatar ; Relasi makna atap bale nyungcung dengan ruang dalam arsitektur Masjid di Tatar Sunda
Mintaredja, Roza Rahmadjasa (author) / Salura, Purnama (author) / Fauzy , Bachtiar (author)
2021-04-01
doi:10.30822/arteks.v6i1.538
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur; Vol 6 No 1 (2021): ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur | January 2021 ~ April 2021; 25-34 ; ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur; Vol 6 No 1 (2021): ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur | Januari 2021 ~ April 2021; 25-34 ; 2541-1217 ; 2541-0598 ; 10.30822/arteks.v6i1
Article (Journal)
Electronic Resource
English
DDC:
720
Mapping the “Mahkota Atap Masjid” or Decorative Roof Finial of Traditional Mosques in Malacca
BASE | 2019
|