A platform for research: civil engineering, architecture and urbanism
The History of the Labour Movement in South Korea 1947-1997: The Role of Blue Collar and White Collar Workers
Tulisan ini membahas mengenai perkembangan gerakan buruh di Korea Selatan sejak awal kemerdekaan hingga kini. Menurut saya, saat gerakan buruh kuat, ia memiliki efek yang lebih kuat pula pada proses demokratisasi karena adanya akar sejarah gerakan buruh dalam melawan feodalisme dan imperialisme. Temuan lainnya adalah bahwa kehadiran rezim demokratis tidak berarti bahwa aspirasi kelompok buruh dapat terakomodasi. Tekanan kekuatan neo-liberal, baik pada level nasional maupun internasional, dapat menekan pemerintahan yang demokratis untuk mengikuti kepentingan pemilik modal besar, khususnya dalam memaksakan sistem kerja kontrak. Namun, aliansi antara gerakan buruh dengan elemen masyarakat sipil dapat melawan dan menolak kebijakan ini. Faktor lain yang penting yang memengaruhi gerakan buruh adalah demokratisasi dan globalisasi. Jika demokratisasi memperkuat gerakan buruh, maka globalisasi berusaha mengontrolnya. Namun demikian, dinamika relasi antara pemerintah dan gerakan buruh di Korea Selatan menunjukkan bahwa aliansi antara buruh, mahasiswa, dan gereja dapat mempersatukan masyarakat sipil melawan baik pemerintah maupun kekuatan neo-liberal.Tulisan ini membahas mengenai perkembangan gerakan buruh di Korea Selatan sejak awal kemerdekaan hingga kini. Menurut saya, saat gerakan buruh kuat, ia memiliki efek yang lebih kuat pula pada proses demokratisasi karena adanya akar sejarah gerakan buruh dalam melawan feodalisme dan imperialisme. Temuan lainnya adalah bahwa kehadiran rezim demokratis tidak berarti bahwa aspirasi kelompok buruh dapat terakomodasi. Tekanan kekuatan neo-liberal, baik pada level nasional maupun internasional, dapat menekan pemerintahan yang demokratis untuk mengikuti kepentingan pemilik modal besar, khususnya dalam memaksakan sistem kerja kontrak. Namun, aliansi antara gerakan buruh dengan elemen masyarakat sipil dapat melawan dan menolak kebijakan ini. Faktor lain yang penting yang memengaruhi gerakan buruh adalah demokratisasi dan globalisasi. Jika demokratisasi memperkuat gerakan buruh, maka globalisasi berusaha mengontrolnya. Namun demikian, dinamika relasi antara pemerintah dan gerakan buruh di Korea Selatan menunjukkan bahwa aliansi antara buruh, mahasiswa, dan gereja dapat mempersatukan masyarakat sipil melawan baik pemerintah maupun kekuatan neo-liberal.
The History of the Labour Movement in South Korea 1947-1997: The Role of Blue Collar and White Collar Workers
Tulisan ini membahas mengenai perkembangan gerakan buruh di Korea Selatan sejak awal kemerdekaan hingga kini. Menurut saya, saat gerakan buruh kuat, ia memiliki efek yang lebih kuat pula pada proses demokratisasi karena adanya akar sejarah gerakan buruh dalam melawan feodalisme dan imperialisme. Temuan lainnya adalah bahwa kehadiran rezim demokratis tidak berarti bahwa aspirasi kelompok buruh dapat terakomodasi. Tekanan kekuatan neo-liberal, baik pada level nasional maupun internasional, dapat menekan pemerintahan yang demokratis untuk mengikuti kepentingan pemilik modal besar, khususnya dalam memaksakan sistem kerja kontrak. Namun, aliansi antara gerakan buruh dengan elemen masyarakat sipil dapat melawan dan menolak kebijakan ini. Faktor lain yang penting yang memengaruhi gerakan buruh adalah demokratisasi dan globalisasi. Jika demokratisasi memperkuat gerakan buruh, maka globalisasi berusaha mengontrolnya. Namun demikian, dinamika relasi antara pemerintah dan gerakan buruh di Korea Selatan menunjukkan bahwa aliansi antara buruh, mahasiswa, dan gereja dapat mempersatukan masyarakat sipil melawan baik pemerintah maupun kekuatan neo-liberal.Tulisan ini membahas mengenai perkembangan gerakan buruh di Korea Selatan sejak awal kemerdekaan hingga kini. Menurut saya, saat gerakan buruh kuat, ia memiliki efek yang lebih kuat pula pada proses demokratisasi karena adanya akar sejarah gerakan buruh dalam melawan feodalisme dan imperialisme. Temuan lainnya adalah bahwa kehadiran rezim demokratis tidak berarti bahwa aspirasi kelompok buruh dapat terakomodasi. Tekanan kekuatan neo-liberal, baik pada level nasional maupun internasional, dapat menekan pemerintahan yang demokratis untuk mengikuti kepentingan pemilik modal besar, khususnya dalam memaksakan sistem kerja kontrak. Namun, aliansi antara gerakan buruh dengan elemen masyarakat sipil dapat melawan dan menolak kebijakan ini. Faktor lain yang penting yang memengaruhi gerakan buruh adalah demokratisasi dan globalisasi. Jika demokratisasi memperkuat gerakan buruh, maka globalisasi berusaha mengontrolnya. Namun demikian, dinamika relasi antara pemerintah dan gerakan buruh di Korea Selatan menunjukkan bahwa aliansi antara buruh, mahasiswa, dan gereja dapat mempersatukan masyarakat sipil melawan baik pemerintah maupun kekuatan neo-liberal.
The History of the Labour Movement in South Korea 1947-1997: The Role of Blue Collar and White Collar Workers
Cahyo Pamungkas (author)
2011
Article (Journal)
Electronic Resource
Unknown
Metadata by DOAJ is licensed under ​CC BY-SA 1.0
Comfort for white-collar workers
Engineering Index Backfile | 1940
|A blue-collar insight into improving construction labour productivity
British Library Conference Proceedings | 2003
|White collar CCT - threat or opportunity?
British Library Online Contents | 1992
|