A platform for research: civil engineering, architecture and urbanism
Rehabilitasi Pantai Dengan Pemecah Gelombang Ambang Rendah Berbahan Geotube Studi Kasus Pantai Tanjung Kait, Tangerang
Makalah ini menyajikan hasil kajian prototipe PEGAR di lapangan, berdasarkan monitoring kinerja prototipe, dan perubahan profil pantai di belakang struktur. Struktur pemecah gelombang ambang rendah (PEGAR) akan berfungsi baik, apabila keberadaannya tidak hanya mampu memulihkan pantai yang tererosi yang berada di belakang struktur, tetapi juga mampu memperlebar pantai ke arah laut dengan terbentuknya salien atau lahan timbul. Demikian pula energi gelombang yang melewati struktur tersebut mengalami pelemahan yang memungkinkan terjadinya proses sedimentasi di pantai. Kriteria keberhasilan penerapan pemecah gelombang tenggelam hanya dapat diketahui dari hasil monitoring secara kontinu setelah struktur tersebut dibangun. Parameter hidraulika kelautan seperti tinggi dan periode gelombang, kemiringan pantai, dan tinggi jagaan dari struktur PEGAR sangat berpengaruh, baik terhadap transmisi gelombang maupun terhadap profil pantai yang terbentuk di belakang struktur PEGAR. Pemasangan tiga prototipe PEGAR Geotube dipantai Tanjung Kait pada elevasi muka air rata-rata (MSL), telah menunjukkan respons positif terhadap garis pantai di belakangnya. Hasil monitoring perubahan garis pantai telah menunjukkan terbentuknya lahan timbul yang disambut baik oleh masyarakat setempat. Setelah enam bulan pemasangan, profil pantai baru di belakang struktur tersebut maju sekitar 6-10 m dan volume pasir yang terendapkan dalam bentuk lahan timbul sekitar 4000 m3. Kondisi pantai di sekitar pemasangan prototipe geotube memperlihatkan profil pantai yang stabil dan berbeda dengan profil pantai sebelum dipasang struktur.
Rehabilitasi Pantai Dengan Pemecah Gelombang Ambang Rendah Berbahan Geotube Studi Kasus Pantai Tanjung Kait, Tangerang
Makalah ini menyajikan hasil kajian prototipe PEGAR di lapangan, berdasarkan monitoring kinerja prototipe, dan perubahan profil pantai di belakang struktur. Struktur pemecah gelombang ambang rendah (PEGAR) akan berfungsi baik, apabila keberadaannya tidak hanya mampu memulihkan pantai yang tererosi yang berada di belakang struktur, tetapi juga mampu memperlebar pantai ke arah laut dengan terbentuknya salien atau lahan timbul. Demikian pula energi gelombang yang melewati struktur tersebut mengalami pelemahan yang memungkinkan terjadinya proses sedimentasi di pantai. Kriteria keberhasilan penerapan pemecah gelombang tenggelam hanya dapat diketahui dari hasil monitoring secara kontinu setelah struktur tersebut dibangun. Parameter hidraulika kelautan seperti tinggi dan periode gelombang, kemiringan pantai, dan tinggi jagaan dari struktur PEGAR sangat berpengaruh, baik terhadap transmisi gelombang maupun terhadap profil pantai yang terbentuk di belakang struktur PEGAR. Pemasangan tiga prototipe PEGAR Geotube dipantai Tanjung Kait pada elevasi muka air rata-rata (MSL), telah menunjukkan respons positif terhadap garis pantai di belakangnya. Hasil monitoring perubahan garis pantai telah menunjukkan terbentuknya lahan timbul yang disambut baik oleh masyarakat setempat. Setelah enam bulan pemasangan, profil pantai baru di belakang struktur tersebut maju sekitar 6-10 m dan volume pasir yang terendapkan dalam bentuk lahan timbul sekitar 4000 m3. Kondisi pantai di sekitar pemasangan prototipe geotube memperlihatkan profil pantai yang stabil dan berbeda dengan profil pantai sebelum dipasang struktur.
Rehabilitasi Pantai Dengan Pemecah Gelombang Ambang Rendah Berbahan Geotube Studi Kasus Pantai Tanjung Kait, Tangerang
Dede Sulaiman (author)
2017
Article (Journal)
Electronic Resource
Unknown
Metadata by DOAJ is licensed under CC BY-SA 1.0
ANALISIS GELOMBANG PASANG TERHADAP BANGUNAN GROIN TIPE I (STUDI KASUS PANTAI KOTA PADANG)
BASE | 2019
|Transmisi dan Refleksi Gelombang pada Pemecah Gelombang Ambang Rendah Ganda Tumpukan Batu
DOAJ | 2015
|Optimalisasi Tata Kelola Berkelanjutan Destinasi Wisata Pantai Tete: Studi Kasus Area Pantai Militer
BASE | 2022
|