A platform for research: civil engineering, architecture and urbanism
PENAMPIL LINTAS GENDER DALAM SASTRA LISAN MINANGKABAU, RONGGEANG PASAMAN
Ronggeang[1] Pasaman merupakan salah satu sastra lisan dari etnis Minangkabau yang berkembang di wilayah Pasaman. Tradisi ini masih hidup dan diapresiasi oleh masyarakat pendukungnya hingga saat ini. Dalam pertunjukannya, ronggeang (penari) dalam tradisi Ronggeang Pasaman ini dilakukan oleh laki-laki yang berdandan sebagaimana seorang perempuan. Namun dialektika antara adat dan agama di Minangkabau secara tidak langsung juga berdampak pada penerimaan masyarakat terhadap kehadiran mereka dalam pertunjukan. Untuk itu, tulisan ini akan memaparkan permasalah yang dihadapi oleh penampil lintas gender dalam tradisi Ronggeang Pasaman berkaitan dengan dialektika antara adat dan agama di Minangkabau.. Dengan melalui proses penelitian yang bermetode etnografis dan kualitatif, data-data untuk tulisan ini diperoleh melalui proses pengamatan, wawancara, serta studi pustaka. Berdasarkan proses tersebut dapat dipahami bahwa kehadiran penampil lintas gender dalam tradisi Ronggeang Pasaman merupakan hasil negosiasi dan adaptasi terhadap perbenturan budaya yang ada, yaitu Jawa dengan Minang. Juga perbenturan antara adat dan syarak yang dianut masyarakat Minangkabau. [1] Penulisan kata ronggeang di sini disesuaikan dengan pelafalan masyarakat Pasaman terhadap tradisi ini yang bagi mereka sendiri berbeda dengan tradisi ronggeng di Jawa.
PENAMPIL LINTAS GENDER DALAM SASTRA LISAN MINANGKABAU, RONGGEANG PASAMAN
Ronggeang[1] Pasaman merupakan salah satu sastra lisan dari etnis Minangkabau yang berkembang di wilayah Pasaman. Tradisi ini masih hidup dan diapresiasi oleh masyarakat pendukungnya hingga saat ini. Dalam pertunjukannya, ronggeang (penari) dalam tradisi Ronggeang Pasaman ini dilakukan oleh laki-laki yang berdandan sebagaimana seorang perempuan. Namun dialektika antara adat dan agama di Minangkabau secara tidak langsung juga berdampak pada penerimaan masyarakat terhadap kehadiran mereka dalam pertunjukan. Untuk itu, tulisan ini akan memaparkan permasalah yang dihadapi oleh penampil lintas gender dalam tradisi Ronggeang Pasaman berkaitan dengan dialektika antara adat dan agama di Minangkabau.. Dengan melalui proses penelitian yang bermetode etnografis dan kualitatif, data-data untuk tulisan ini diperoleh melalui proses pengamatan, wawancara, serta studi pustaka. Berdasarkan proses tersebut dapat dipahami bahwa kehadiran penampil lintas gender dalam tradisi Ronggeang Pasaman merupakan hasil negosiasi dan adaptasi terhadap perbenturan budaya yang ada, yaitu Jawa dengan Minang. Juga perbenturan antara adat dan syarak yang dianut masyarakat Minangkabau. [1] Penulisan kata ronggeang di sini disesuaikan dengan pelafalan masyarakat Pasaman terhadap tradisi ini yang bagi mereka sendiri berbeda dengan tradisi ronggeng di Jawa.
PENAMPIL LINTAS GENDER DALAM SASTRA LISAN MINANGKABAU, RONGGEANG PASAMAN
Eka Meigalia (author) / Yerri Satria Putra (author)
2019
Article (Journal)
Electronic Resource
Unknown
Metadata by DOAJ is licensed under CC BY-SA 1.0
SEKUJANG DI AMBANG HILANG: USAHA PELESTARIAN SASTRA LISAN MELALUI FILM DOKUMENTER
DOAJ | 2017
|