A platform for research: civil engineering, architecture and urbanism
KAMPUNG KAPITAN INTERPRETASI JEJAK PERKEMBANGAN PERMUKIMAN DAN ELEMEN ARSITEKTURAL
Kampong Kapitan represent the good example of evolution of morphology settlement by architectural. This settlement growth is very influenced by politics growth expanding in Palembang. Zoning of settlement at early Sultanate Palembang Darussalam era arranging that foreigner citizen placed at river side of Musi with the floating house as its residence. Opposite situation, the native people, especially empire family, was having rights to live in land. This policy shift when a period of late Sultanate Palembang Darussalam era. Settlers of foreigner, especially foreigner from Chinese get the idiosyncrasy to live in land. Domiciling special then continue at era of Dutch. Settlement growth from river side going to land, and also political growth mirror in notching architectural from this Kampong Kapitan. So that until now we can see that the trace what aspect which influencing this forming of settlement. Those trace fact of the harmonious reality between patterned thinking of architectural from building owner with the influence embosoming its owner life. Abstract in Bahasa Indonesia : Kampung Kapitan merupakan contoh bagus evolusi morfologi permukiman secara arsitektural. Perkembangan permukiman kampung ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan politik yang berkembang di Palembang. Pembagian zoning permukiman pada jaman awal Kesultanan Palembang Darussalam yang mengatur bahwa warga pendatang ditempatkan pada dipinggiran Sungai Musi dengan rumah rakit sebagai tempat tinggalnya. Sedangkan penduduk asli, terutama keluarga kerajaan, mempunyai hak untuk bermukim di darat. Kebijakan ini bergeser ketika masa Kesultanan Palembang Darussalam akhir. Pemukim pendatang keturunan Cina mendapatkan keistimewaan untuk bermukim di darat. Kedudukan yang istimewa ini kemudian berlanjut pada saat jaman kolonialisasi Belanda. Perkembangan dari permukiman di air - pinggiran sungai Musi - menuju permukiman darat, serta perkembangan politis sangat tercermin dalam bentukan arsitektural dari Kampung Kapitan ini. Sehingga sampai saat sekarang kita dapat menyaksikan 'jejak' aspek-aspek yang mempengaruhi pembentukan permukiman ini. 'Jejak' tersebut wujud nyata keharmonisan antara pola pikir arsitektural dari pemilik bangunan dengan pengaruh-pengaruh yang melingkupi kehidupan pemiliknya. Kata kunci: Interpretasi, perkembangan permukiman dan karakter arsitektural
KAMPUNG KAPITAN INTERPRETASI JEJAK PERKEMBANGAN PERMUKIMAN DAN ELEMEN ARSITEKTURAL
Kampong Kapitan represent the good example of evolution of morphology settlement by architectural. This settlement growth is very influenced by politics growth expanding in Palembang. Zoning of settlement at early Sultanate Palembang Darussalam era arranging that foreigner citizen placed at river side of Musi with the floating house as its residence. Opposite situation, the native people, especially empire family, was having rights to live in land. This policy shift when a period of late Sultanate Palembang Darussalam era. Settlers of foreigner, especially foreigner from Chinese get the idiosyncrasy to live in land. Domiciling special then continue at era of Dutch. Settlement growth from river side going to land, and also political growth mirror in notching architectural from this Kampong Kapitan. So that until now we can see that the trace what aspect which influencing this forming of settlement. Those trace fact of the harmonious reality between patterned thinking of architectural from building owner with the influence embosoming its owner life. Abstract in Bahasa Indonesia : Kampung Kapitan merupakan contoh bagus evolusi morfologi permukiman secara arsitektural. Perkembangan permukiman kampung ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan politik yang berkembang di Palembang. Pembagian zoning permukiman pada jaman awal Kesultanan Palembang Darussalam yang mengatur bahwa warga pendatang ditempatkan pada dipinggiran Sungai Musi dengan rumah rakit sebagai tempat tinggalnya. Sedangkan penduduk asli, terutama keluarga kerajaan, mempunyai hak untuk bermukim di darat. Kebijakan ini bergeser ketika masa Kesultanan Palembang Darussalam akhir. Pemukim pendatang keturunan Cina mendapatkan keistimewaan untuk bermukim di darat. Kedudukan yang istimewa ini kemudian berlanjut pada saat jaman kolonialisasi Belanda. Perkembangan dari permukiman di air - pinggiran sungai Musi - menuju permukiman darat, serta perkembangan politis sangat tercermin dalam bentukan arsitektural dari Kampung Kapitan ini. Sehingga sampai saat sekarang kita dapat menyaksikan 'jejak' aspek-aspek yang mempengaruhi pembentukan permukiman ini. 'Jejak' tersebut wujud nyata keharmonisan antara pola pikir arsitektural dari pemilik bangunan dengan pengaruh-pengaruh yang melingkupi kehidupan pemiliknya. Kata kunci: Interpretasi, perkembangan permukiman dan karakter arsitektural
KAMPUNG KAPITAN INTERPRETASI JEJAK PERKEMBANGAN PERMUKIMAN DAN ELEMEN ARSITEKTURAL
Johannes Adiyanto (author)
2006
Article (Journal)
Electronic Resource
Unknown
Metadata by DOAJ is licensed under CC BY-SA 1.0
DOAJ | 2014
|JEJAK PERMUKIMAN PADA BEKAS KAWAH DORO BENTE: SEBUAH PERSPEKTIF GEOARKEOLOGI KAWASAN TAMBORA
DOAJ | 2018
|