A platform for research: civil engineering, architecture and urbanism
Nalar Kritis Hadis Rukyat Al Hilal : Kajian Hermeneutika dan Dekonstruksi Hadis
Problermatika penentuan penentuan hilal awal bulan Hijriyah terutama awal Ramadhan, Syawal dan Dzulihijjah hingga sekarang masih belum terpecahkan. Problem ini muncul dari bentuk dan corak pemahaman teks-teks hadis nabi SAW tentang Rukyat al hilal yang bervariasi matannya. Salah satu bentuk intepretasi teks hadis tersebut adalah metode Rukyat bi al Fi’li yang dilakukan dengan caramelihat hilal ketikamatahariterbenamdi akhirbulan Qamariah.Bentuk Intepretasi lain adalah metode Rukyat bi al ‘ilmi atau hisabyang merupakan bentukperhitungan posisi dan ketinggian hilal srcara matematis saatmatahari terbenam. Jikahilal tidakdapat terlihat karena cuaca makabulan disempurnakanmenjadi 30hari.Teori seperti ini dapat disebut denganistikmal.Cara lain dapat ditempuh dengan cara mengkira- kirakan posisi hilal, teori ini diesebut dengan faqduru lahu. Namun pada implemantasi teks hadis rukyat al hilal, khususnya di Indonesia masih terkesan terkotak-kotakan. Rukyat bi al fi’li adalah tradisi NU dan rukat bi al ‘ilmi adalah tradisi Muhammadiyah, seolah teks hadis nabi sudang terkaplingkan untuk kedua ormas besar tersebut. Penulis menawarkan alternatif pemahaman hadis tersebut dengan teori hermeneutika dan teori dekonstruksi.
Nalar Kritis Hadis Rukyat Al Hilal : Kajian Hermeneutika dan Dekonstruksi Hadis
Problermatika penentuan penentuan hilal awal bulan Hijriyah terutama awal Ramadhan, Syawal dan Dzulihijjah hingga sekarang masih belum terpecahkan. Problem ini muncul dari bentuk dan corak pemahaman teks-teks hadis nabi SAW tentang Rukyat al hilal yang bervariasi matannya. Salah satu bentuk intepretasi teks hadis tersebut adalah metode Rukyat bi al Fi’li yang dilakukan dengan caramelihat hilal ketikamatahariterbenamdi akhirbulan Qamariah.Bentuk Intepretasi lain adalah metode Rukyat bi al ‘ilmi atau hisabyang merupakan bentukperhitungan posisi dan ketinggian hilal srcara matematis saatmatahari terbenam. Jikahilal tidakdapat terlihat karena cuaca makabulan disempurnakanmenjadi 30hari.Teori seperti ini dapat disebut denganistikmal.Cara lain dapat ditempuh dengan cara mengkira- kirakan posisi hilal, teori ini diesebut dengan faqduru lahu. Namun pada implemantasi teks hadis rukyat al hilal, khususnya di Indonesia masih terkesan terkotak-kotakan. Rukyat bi al fi’li adalah tradisi NU dan rukat bi al ‘ilmi adalah tradisi Muhammadiyah, seolah teks hadis nabi sudang terkaplingkan untuk kedua ormas besar tersebut. Penulis menawarkan alternatif pemahaman hadis tersebut dengan teori hermeneutika dan teori dekonstruksi.
Nalar Kritis Hadis Rukyat Al Hilal : Kajian Hermeneutika dan Dekonstruksi Hadis
Muhammad nurkhanif (author)
2018
Article (Journal)
Electronic Resource
Unknown
Metadata by DOAJ is licensed under CC BY-SA 1.0