A platform for research: civil engineering, architecture and urbanism
RELASI SOSIAL ETNIS TIONGHOA-MELAYU DI KOTA TANJUNGBALAI PASCA KONFLIK TAHUN 2016
Artikel ini mengkaji tentang relasi sosial antar etnis Melayu dan Tionghoa di Kota Tanjungbalai. Relasi sosial antara etnis Melayu dan Tionghoa di Tanjungbalai memiliki dinamika yang menarik pasca konflik 2016. Hampir seluruh konflik yang terjadi di kota Tanjungbalai pasca reformasi banyak melibatkan perselisihan antar etnis khususnya etnis Tionghoa dan Melayu, meskipun banyak konflik yang terjadi bukanlah sepenuhnya berawal dari permasalahan etnis. Studi ini berfokus pada soal bagaimana dinamika relasi sosial antara etnis Melayu dan Tionghoa, sebab pasca reformasi sentimen dan gesekan antar keduanya kerap terjadi. Penelitian ini merupakan penelitian analisis deskriftif, data dikumpulkan melalui tahap reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan data melalui proses wawancara, observasi, dokumentasi dan studi pustaka, dan di analisa menggunakan teori Miles-Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak sekali perubahan yang terjadi dari setiap konflik pasca reformasi. Perubahan yang terlihat jelas adalah perubahan non-realistis, dengan adanya perubahan tersebut, sangat memungkinkan bahwa konflik yang baru dan menimbulkan perang antar etnis kembali terjadi. Apalagi kehidupan sosial antar kedua etnis ini sangatlah terkesan tertutup, artinya mereka bisa untuk tidak saling berkomunikasi, jikapun terjadi komunikasi antara mereka bisa di pastikan sebagian besar komunikasi yang terjadi adalah formalitas semata, karena banyak yang menilai ada eksklusifitas yang terjadi dalam sistem hubungan sosial antar kedua etnis tersebut.
RELASI SOSIAL ETNIS TIONGHOA-MELAYU DI KOTA TANJUNGBALAI PASCA KONFLIK TAHUN 2016
Artikel ini mengkaji tentang relasi sosial antar etnis Melayu dan Tionghoa di Kota Tanjungbalai. Relasi sosial antara etnis Melayu dan Tionghoa di Tanjungbalai memiliki dinamika yang menarik pasca konflik 2016. Hampir seluruh konflik yang terjadi di kota Tanjungbalai pasca reformasi banyak melibatkan perselisihan antar etnis khususnya etnis Tionghoa dan Melayu, meskipun banyak konflik yang terjadi bukanlah sepenuhnya berawal dari permasalahan etnis. Studi ini berfokus pada soal bagaimana dinamika relasi sosial antara etnis Melayu dan Tionghoa, sebab pasca reformasi sentimen dan gesekan antar keduanya kerap terjadi. Penelitian ini merupakan penelitian analisis deskriftif, data dikumpulkan melalui tahap reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan data melalui proses wawancara, observasi, dokumentasi dan studi pustaka, dan di analisa menggunakan teori Miles-Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak sekali perubahan yang terjadi dari setiap konflik pasca reformasi. Perubahan yang terlihat jelas adalah perubahan non-realistis, dengan adanya perubahan tersebut, sangat memungkinkan bahwa konflik yang baru dan menimbulkan perang antar etnis kembali terjadi. Apalagi kehidupan sosial antar kedua etnis ini sangatlah terkesan tertutup, artinya mereka bisa untuk tidak saling berkomunikasi, jikapun terjadi komunikasi antara mereka bisa di pastikan sebagian besar komunikasi yang terjadi adalah formalitas semata, karena banyak yang menilai ada eksklusifitas yang terjadi dalam sistem hubungan sosial antar kedua etnis tersebut.
RELASI SOSIAL ETNIS TIONGHOA-MELAYU DI KOTA TANJUNGBALAI PASCA KONFLIK TAHUN 2016
Raden Haitami Abduh (author) / Aulia Kamal (author)
2023
Article (Journal)
Electronic Resource
Unknown
Konflik , Melayu , Tionghoa , Relasi Sosial , Tanjungbalai , Islamic law , KBP1-4860
Metadata by DOAJ is licensed under CC BY-SA 1.0
Relasi Kuasa Etnis Melayu dan Tionghoa Pada Pilkada Kabupaten Bangka Barat 2020
DOAJ | 2023
|