A platform for research: civil engineering, architecture and urbanism
KARAKTER TAPAK PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA DENPASAR
Abstract This article examines the development of slum settlements across Denpasar City. The government's latest identification shows 35 slum areas expanding in four districts of North, West, East and South Denpasar. Each exhibits a specific stage of development, which varies from one slum to another. This research attempts to understand the spatial characteristics of slum settlements, by studying both determining factors and processes. Qualitative research methods are used for 8 selected case studies. What emerges is that slums have been developed either on rented land or within inadequately constructed buildings. Dominant influences include the provision of infrastructure; building form and materials in use; occupation and social conditions of the inhabitants. Additionally, these areas tend to grow in unprotected land/space located along rivers; within settlement areas; within the city's economic centre; within a neglected building; and on unproductive land consequent upon specific government activities and programs. Key words: Slums, development factor, site Abstrak Artikel ini mengkaji proses kemunculan permukiman kumuh di Kota Denpasar. Berdasarkan identifikasi terakhir yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Denpasar, terdapat 35 titik kumuh yang tersebar di empat kecamatan, yaitu Denpasar Utara, Selatan, Timur dan Barat. Masing-masing menunjukan tahapan perkembangan yang spesifik, serta berbeda antara satu dengan yang lainnya. Penelitian ini mencoba memahami karakteristik dari ruang-ruang kota yang memiliki kecenderungan untuk berkembang menjadi permukiman kumuh, dengan mengkaji faktor-faktor penentu serta proses kemunculannya. Metode penelitian kualitatif telah digunakan dalam mengkaji kondisi ini di 8 titik kumuh. Ditemukan bahwa, permukiman informal cenderung muncul di atas dua tipe lahan, yaitu lahan sewa dan lahan tidak dipakai yang ada pada site-site konstruksi. Faktor-faktor penentu perkembangannya termasuk keberadaan infrastruktur pendukung permukiman; adanya bangunan yang terbengkelai; keberadaan bahan bangunan; ketersediaan pekerjaan di area sekitarnya; serta kondisi sosial penghuni. Sementara itu, karakter ruang dalam kota yang memiliki kecenderungan untuk berkembang menjadi permukiman kumuh adalah lahan yang bersebelahan dengan sungai; berada di area permukiman; berdekatan dengan pusat kota; memiliki bangunan yang tidak terpakai; merupakan lahan negara yang tidak terpakai karena adanya kegitan atau rencana khusus pemerintah yang belum diaktualisasikan. Kata kunci: Permukiman kumuh, faktor pembangunan, tapak
KARAKTER TAPAK PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA DENPASAR
Abstract This article examines the development of slum settlements across Denpasar City. The government's latest identification shows 35 slum areas expanding in four districts of North, West, East and South Denpasar. Each exhibits a specific stage of development, which varies from one slum to another. This research attempts to understand the spatial characteristics of slum settlements, by studying both determining factors and processes. Qualitative research methods are used for 8 selected case studies. What emerges is that slums have been developed either on rented land or within inadequately constructed buildings. Dominant influences include the provision of infrastructure; building form and materials in use; occupation and social conditions of the inhabitants. Additionally, these areas tend to grow in unprotected land/space located along rivers; within settlement areas; within the city's economic centre; within a neglected building; and on unproductive land consequent upon specific government activities and programs. Key words: Slums, development factor, site Abstrak Artikel ini mengkaji proses kemunculan permukiman kumuh di Kota Denpasar. Berdasarkan identifikasi terakhir yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Denpasar, terdapat 35 titik kumuh yang tersebar di empat kecamatan, yaitu Denpasar Utara, Selatan, Timur dan Barat. Masing-masing menunjukan tahapan perkembangan yang spesifik, serta berbeda antara satu dengan yang lainnya. Penelitian ini mencoba memahami karakteristik dari ruang-ruang kota yang memiliki kecenderungan untuk berkembang menjadi permukiman kumuh, dengan mengkaji faktor-faktor penentu serta proses kemunculannya. Metode penelitian kualitatif telah digunakan dalam mengkaji kondisi ini di 8 titik kumuh. Ditemukan bahwa, permukiman informal cenderung muncul di atas dua tipe lahan, yaitu lahan sewa dan lahan tidak dipakai yang ada pada site-site konstruksi. Faktor-faktor penentu perkembangannya termasuk keberadaan infrastruktur pendukung permukiman; adanya bangunan yang terbengkelai; keberadaan bahan bangunan; ketersediaan pekerjaan di area sekitarnya; serta kondisi sosial penghuni. Sementara itu, karakter ruang dalam kota yang memiliki kecenderungan untuk berkembang menjadi permukiman kumuh adalah lahan yang bersebelahan dengan sungai; berada di area permukiman; berdekatan dengan pusat kota; memiliki bangunan yang tidak terpakai; merupakan lahan negara yang tidak terpakai karena adanya kegitan atau rencana khusus pemerintah yang belum diaktualisasikan. Kata kunci: Permukiman kumuh, faktor pembangunan, tapak
KARAKTER TAPAK PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA DENPASAR
Ayu Wadhanti (author)
2014
Article (Journal)
Electronic Resource
Unknown
Metadata by DOAJ is licensed under CC BY-SA 1.0
KARAKTERISTIK HUNIAN PERMUKIMAN KUMUH KAMPUNG SAPIRIA KELURAHAN LEMBO KOTA MAKASSAR
DOAJ | 2018
|POLA SEBARAN PERMUKIMAN KUMUH (STUDI KASUS : KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG)
DOAJ | 2021
|