A platform for research: civil engineering, architecture and urbanism
Telah dilakukan penelitian tentang pemanfaatan kitosan dan jamur lapuk putih (trametes versicolor) untuk menurunkan kekeruhan dan warna pada air gambut sebagai sumber air bersih alternatif dengan tujuan adalah mengetahui perbandingan dosis optimum kitosan dan jamur lapuk serta mempelajari kondisi optimum proses koagulasi dan flokulasi yaitu pengaruh waktu pengadukan dengan kecepatan 40 rpm dan pengendapan terhadap penurunan kekeruhan dan warna pada air gambut. Kitosan yang akan digunakan diisolasi dari limbah kulit udang yang dibuat melalui tiga tahap yakni tahap deproteinasi, demineralisasi dan deasetilasi. Penentuan dosis optimum dilakukan dengan variasi dosis kitosan dan jamur lapuk putih perbandingan 800 : 200; 600 : 400; 400 : 600 ; 500 : 500 dan 200 : 800 (mg/L air gambut). Pengaruh waktu pengadukan lambat terhadap efektifitas koagulasi dan flokulasi dipelajari dengan cara koagulasi dilakukan pada waktu bervariasi yaitu selama 5, 10, 15, 20 dan 25 menit. Pengaruh waktu pengendapan dipelajari dengan suspensi hasil koagulasi diendapkan dengan waktu yang bervariasi selama 15, 30, 45, 60 dan 90 menit. Setelah diketahui dosis dan kondisi optimum koagulasi dan flokulasi selanjutnya diaplikasikan pada 3 (tiga) sampel air gambut yang diperoleh dari 3 (tiga) lokasi yang berbeda. Perbandingan dosis optimum kitosan dan jamur lapuk putih parameter kekeruhan adalah 600 : 400 mg/L air gambut dengan efektifitas sebesar 95,06%, dan parameter warna dengan perbandingan dosis optimum 400 : 600 mg/L air gambut dengan efektifitas 96,20%. Waktu pengadukan dengan kecepatan 40 rpm optimum adalah 10 menit untuk parameter kekeruhan dan warna air gambut, dengan efektifitas masing-masing 96,34 % dan 96,68 %. Waktu pengendapan yang optimum adalah pada waktu 45 menit untuk parameter kekeruhan dan 60 menit untuk parameter warna air gambut, dengan efektifitas masing-masing 96,37 % dan 96,68 %. Aplikasi kitosan dan jamur lapuk putih pada air gambut, KLP 1 dan KLP 2 dapat dikatakan layak untuk digunakan sebagai sumber air bersih, dengan tingkat kekeruhan dan intensitas warna masing-masing adalah 1,27 NTU; 2,90 NTU dan 6,30 Pt-Co ; 18,19 Pt-Co. Sampel air gambut KLP 3 belum dapat dikatakan layak untuk digunakan sebagai sumber air bersih dengan tingkat kekeruhan dan intensitas warna masing-masing adalah 26,29 NTU dan 49,78 Pt-Co.
Telah dilakukan penelitian tentang pemanfaatan kitosan dan jamur lapuk putih (trametes versicolor) untuk menurunkan kekeruhan dan warna pada air gambut sebagai sumber air bersih alternatif dengan tujuan adalah mengetahui perbandingan dosis optimum kitosan dan jamur lapuk serta mempelajari kondisi optimum proses koagulasi dan flokulasi yaitu pengaruh waktu pengadukan dengan kecepatan 40 rpm dan pengendapan terhadap penurunan kekeruhan dan warna pada air gambut. Kitosan yang akan digunakan diisolasi dari limbah kulit udang yang dibuat melalui tiga tahap yakni tahap deproteinasi, demineralisasi dan deasetilasi. Penentuan dosis optimum dilakukan dengan variasi dosis kitosan dan jamur lapuk putih perbandingan 800 : 200; 600 : 400; 400 : 600 ; 500 : 500 dan 200 : 800 (mg/L air gambut). Pengaruh waktu pengadukan lambat terhadap efektifitas koagulasi dan flokulasi dipelajari dengan cara koagulasi dilakukan pada waktu bervariasi yaitu selama 5, 10, 15, 20 dan 25 menit. Pengaruh waktu pengendapan dipelajari dengan suspensi hasil koagulasi diendapkan dengan waktu yang bervariasi selama 15, 30, 45, 60 dan 90 menit. Setelah diketahui dosis dan kondisi optimum koagulasi dan flokulasi selanjutnya diaplikasikan pada 3 (tiga) sampel air gambut yang diperoleh dari 3 (tiga) lokasi yang berbeda. Perbandingan dosis optimum kitosan dan jamur lapuk putih parameter kekeruhan adalah 600 : 400 mg/L air gambut dengan efektifitas sebesar 95,06%, dan parameter warna dengan perbandingan dosis optimum 400 : 600 mg/L air gambut dengan efektifitas 96,20%. Waktu pengadukan dengan kecepatan 40 rpm optimum adalah 10 menit untuk parameter kekeruhan dan warna air gambut, dengan efektifitas masing-masing 96,34 % dan 96,68 %. Waktu pengendapan yang optimum adalah pada waktu 45 menit untuk parameter kekeruhan dan 60 menit untuk parameter warna air gambut, dengan efektifitas masing-masing 96,37 % dan 96,68 %. Aplikasi kitosan dan jamur lapuk putih pada air gambut, KLP 1 dan KLP 2 dapat dikatakan layak untuk digunakan sebagai sumber air bersih, dengan tingkat kekeruhan dan intensitas warna masing-masing adalah 1,27 NTU; 2,90 NTU dan 6,30 Pt-Co ; 18,19 Pt-Co. Sampel air gambut KLP 3 belum dapat dikatakan layak untuk digunakan sebagai sumber air bersih dengan tingkat kekeruhan dan intensitas warna masing-masing adalah 26,29 NTU dan 49,78 Pt-Co.
PEMANFAATAN KITOSANDAN JAMUR LAPUK PUTIH (Trametes versicolor)UNTUK MENURUNKAN KEKERUHAN DAN WARNA PADA AIR GAMBUT SEBAGAI SUMBER AIR BERSIH ALTERNATIF
Karelius (author)
2013
Article (Journal)
Electronic Resource
Unknown
Air gambut , kitosan , jamur lapuk putih , koagulasi , flokulasi , Chemistry , QD1-999
Metadata by DOAJ is licensed under CC BY-SA 1.0
ANALISIS KELAYAKAN PEMANFAATAN AIR LIMBAH SEBAGAI ALTERNATIF AR BAKU AIR BERSIH
DOAJ | 2019
|BASE | 2019
|